Panggilan “Jelajah” Semesta dari Album Pertama Soleluna
Panggilan “Jelajah” Semesta dari Album Pertama Soleluna

JAKARTA: Soleluna adalah duo akustik-electronik dari Makassar yang terdiri dari Randy Rajavi dan Iqbal Abdi. Mereka memainkan musik yang banyak disebut orang sebagai post-rock, atau beberapa mengenalinya sebagai dream pop. Kedua-duanya tidak salah, tergantung suasana hati. Yang jelas ketika kami berjumpa pertama kali dengan mereka di sebuah festival untuk anak muda di Makassar, Sulawesi Selatan, pada tahun 2017, sebelum bermain musik duo ini memberikan sebuah presentasi dengan bantuan power point. Mereka bercerita panjang lebar soal musik post-rock dan ambient sound dan sedikit soal Erik Satie. Tapi yang paling mengesankan adalah pada saat mereka memulai presentasi, gambar yang tertayang di layar adalah foto Brian Eno. OK ini deal maker-nya.


Namun kami tentu saja lebih terkesan dengan pementasan permainan musik mereka; gitar akustik Randy yang begitu organik di tengah derau dan degup beat elektronik milik Iqbal. Sehabis pertunjukan itu kami berbicara sejenak. Di antara kerumunan dan keberisikan depan panggung, kami meminta mereka untuk merekam musik untuk sebuah rekaman panjang, album, LP, EP atau apapun namanya. Malam itu semua pulang dengan damai.


Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun sampai sekitar pertengahan tahun 2018, kami menerima sebuah CD rekaman pribadi. Ada tiga lagu di dalamnya. Begitu kami putar, lagu pertama dimulai dengan derau panjang sebelum disusul dengan sebuah monolog dari astrofisikawan Carl Sagan, yang dengan bariton khasnya bercerita tentang sejarah umat manusia yang terus digerakkan oleh gairah insani untuk berjelajah, dari mencari mangsa di padang sabana dan steppa menuju luar angkasa dan segala misteri di baliknya. Sebuah komposisi yang tidak biasa, pikir kami. Begitu monolog selesai yang tersaji adalah komposisi tanpa kata, dentang piano, dentang gitar akustik dan sayatan biola sebelum mencapai crescendo di mana Randy bermain solo gitar dengan overdub tiga lapis. Sebuah komposisi yang tidak mudah kami lupakan. Dan jika ada satu kekurangan hanya soal teknis saja, hasil rekaman itu punya low frequency yang terlalu dalam. (Tapi tetap saja, as the cliche goes, CD itu tidak pernah keluar dari CD player di mobil, sampai kemudian hilang dan tidak ditemukan lagi).

 

Itu terakhir kali kami teringat dengan Soleluna. Hampir dua tahun kemudian tidak ada kabar lagi. Sampai awal bulan Maret ini ketika mereka memberi kabar bahwa album lima lagu yang akan diberi judul “Jelajah” sama dengan nama lagu pertama dengan monolog Carl Sagan itu, akhirnya selesai. Selain “Jelajah” ada empat komposisi panjang yang magis dan menghanyutkan, efek euforia pagi yang biasa didapatkan jika Anda mendengarkan musik Mogwai, Brian Eno, New Order dan bahkan Volcano Choir.

 

Sambil membahas detail perilisan album ini kami justru juga berbicang soal ‘Oumuamua, penjelajahan luar angkasa, film Stanley Kubrick “2001: Space Odyssey,” bertukar buku Carl Sagan dan Avi Loeb sampai terobosan penelitian arkeologi terbaru dengan penemuan lukisan gua paling tua di dunia di Leang Tedongnge, dekat Makassar, yang menjadi sampul belakang album ini.

 

Segala hal itu menjadi benang merah yang menyatukan ide dan musik di album yang baru selesai setelah lebih dari empat tahun ini. Kami sangat bangga bisa merilis album ini dan memberikan sedikit penghiburan dan bahan renungan di masa yang penuh ketidakpastian ini. Versi CD dan kaset album ini akan beredar tanggal 4 April 2021, berbarengan dengan versi streaming di beberapa platform online. Ada juga merchandise yang akan beredar bersamaan dengan perilisan album tersebut.

 

Single pertama album ini “Jelajah” bisa dinikmati dari tautan berikut https://soleluna1.bandcamp.com/track/jelajah. Disarankan untuk menggunakan headphone ketika mendengarkan lagu ini.

 

Untuk informasi lebih lanjut sila e-mail ke: info@elevationgroup.co

Atau WA 0812-1909-8026